Logo
Dari Tragedi Al Khoziny Menuju Pesantren yang Ramah Anak

Oleh: Muhamad Hasan Basri, S.Ag., M.Pd.
(Kasi PAPKI Kantor Kemenag Kabupaten Tanggamus)

Senin sore itu, doa berubah menjadi duka. Pada 29 September 2025, di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, kekhusukan salat Ashar yang biasanya menenteramkan tiba-tiba terhenti oleh jeritan. Mushala tiga lantai yang juga digunakan untuk belajar, mendadak runtuh menimpa para santri. Hingga kini, 66 santri dinyatakan meninggal dunia dan lebih dari seratus lainnya selamat atau luka-luka. Tim SAR, BNPB, dan ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memastikan penyebabnya berasal dari kegagalan konstruksi bangunan (BNPB, 6 Oktober 2025).

Tragedi ini bukan sekadar robohnya dinding dan atap, tetapi juga luka di hati keluarga besar pesantren Indonesia. Bagi banyak orang, pesantren adalah rumah kedua, tempat anak-anak menumbuhkan iman, ilmu, dan harapan. Karena itu, duka Al Khoziny adalah duka kita semua.

Tidak adil jika satu peristiwa dijadikan alasan untuk menilai seluruh pesantren. Sebab, ribuan pesantren lain justru tumbuh dengan semangat keikhlasan, mendidik dengan cinta, dan membangun dari swadaya masyarakat. Namun, dari duka ini, kita perlu bercermin: apakah semangat membangun sudah sejalan dengan prinsip keselamatan dan keberlanjutan?

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah menegaskan, pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga tempat belajar kehidupan. Pandangan itu ia sampaikan dalam bukunya Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan (LKiS, 2001). Pesantren, kata Gus Dur, adalah rumah kehidupan—tempat anak-anak tumbuh dengan bimbingan akhlak dan rasa aman. Maka menjaga mereka bukan hanya tentang mengajarkan iman, tetapi juga memastikan lingkungan yang aman dan sehat bagi tumbuh kembangnya.

Kementerian Agama menyampaikan duka mendalam atas musibah di Al Khoziny. Dalam kunjungannya ke lokasi pada 2 Oktober 2025, Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa tragedi ini menjadi pengingat penting agar pembangunan pesantren memperhatikan standar keselamatan. Ia menekankan, banyak pesantren dibangun secara swadaya tanpa dukungan teknis yang memadai, dan pemerintah berkomitmen memperkuat pendampingan agar setiap pesantren memiliki izin bangunan serta sertifikat laik fungsi (Detik.com, 2 Oktober 2025).

“Tragedi ini harus menjadi momentum memperbaiki tata kelola fisik pesantren agar anak-anak kita terlindungi,” ujar Nasaruddin Umar dalam laman resmi Kementerian Agama (Kemenag.go.id, 3 Oktober 2025).

Langkah ini sejalan dengan semangat Pesantren Ramah Anak sebagaimana tertuang dalam Petunjuk Teknis Pengasuhan Ramah Anak di Pesantren yang diterbitkan Direktorat Pendidikan Islam Kemenag tahun 2024. Dalam panduan itu ditegaskan bahwa pesantren ramah anak bukan hanya bebas dari kekerasan, tetapi juga aman secara struktural dan sehat secara lingkungan. Setiap ruang belajar, asrama, dan mushala harus memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi santri.

Panduan tersebut tidak dimaksudkan membatasi kemandirian pesantren, tetapi membantu agar semangat pengabdian para kiai dan santri selaras dengan prinsip keselamatan modern. Audit bangunan, pelatihan tanggap darurat, dan pengawasan teknis bukan beban administratif, melainkan bentuk kasih sayang dan tanggung jawab untuk menjaga jiwa para santri — hifz an-nafs, salah satu tujuan utama syariat Islam.

Musibah di Al Khoziny seharusnya menjadi pelajaran bersama, bukan untuk menyalahkan siapa pun, tetapi untuk memperkuat kepedulian. Pemerintah perlu lebih hadir mendampingi, masyarakat perlu terus mendukung, dan pesantren perlu difasilitasi agar memiliki akses terhadap tenaga ahli dan perencanaan bangunan yang aman.

Air mata para ibu dan doa para kiai yang kehilangan santri-santri terbaiknya adalah seruan sunyi bagi kita semua. Dari reruntuhan ini, semoga tumbuh kesadaran baru bahwa pesantren sejati bukan hanya tempat mencari ilmu, tetapi juga ruang kehidupan yang aman dan penuh kasih.

Pesantren yang ramah anak bukan berarti pesantren yang berubah wajah, tetapi pesantren yang semakin meneguhkan jati dirinya: tempat ilmu, iman, dan kasih sayang bertemu dalam keselamatan.

Sumber : Radar Tanggamus 08 Oktober 2025

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.

Kepala Seksi PAPKI

Kepala Seksi PAPKI
Muhamad Hasan Basri S.Ag., M.Pd.

INFOGRAFIS

Lihat Semua
Selamat Mengikuti ANLDB Guru PAI dan Siswa SD
Peringatan Hari Sumpah Pemuda Tahun 2025
Informasi Moratorium Sitren
Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2025
Tolak Gratifikasi

SURVEY

Apakah pelayanan yang diberikan Seksi PAPKI memuaskan?
  Sangat Memuaskan
  Memuaskan
  Tidak Memuaskan
  Kurang Memuaskan